Suhono Harso Supangkat
Stockholm - Pekan lalu di Swedia, 27-29 Juni 2011, diselenggarakan suatu konferensi tentang 'Broadband for All' yang dihadiri oleh 32 negara dengan partisipan sekitar 100 peserta.
Sebagai negara dengan kapasitas inovasi tertinggi di dunia, Swedia telah menghasilkan beberapa inovasi yang dipakai dibanyak negara, baik berupa teknologi otomotif (Volvo), teknologi alat rumah tangga (Electrolux), hingga teknologi informasi dan komunikasi (Ericsson).
Topik konferensi 'Broadband for All' ini diambil untuk menyambut inovasi baru dalam konektivitas baik antara Manusia dengan Manusia, antara Machine to Machine, bahkan antara Manusia dengan Machine -- yang bisa disingkat sebagai M2M.
Broadband atau pita lebar bisa diandaikan sebagai pipa penghubung informasi antar material (mesin atau manusia) sehingga masing-masing material bisa mengambil manfaat sesuai dengan kebutuhannya.
Tambahan 'for all' dalam konferensi ini menunjukan bahwa komunikasi tidak sebatas antara manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan mesin ataupun bahkan mesin dengan mesin.
Dengan tersedianya perangkat komunikasi yang baik, maka kemudahan dalam pengoperasian, perawatan, maupun komunikasi antara komponen yang mempunyai identitas digital di dunia ini, menjadi semakin efektif dan efisien.
Beberapa aplikasi dari inovasi ini di antaranya adalah, bidang kesehatan, bidang transportasi sampai bidang pelayanan publik.
Pada aplikasi kesehatan, seseorang yang ingin mengetahui kondisi kesehatan bisa secara otomatis mengetahui kondisi kesehatannya dengan melakukan test kesehatan yang bisa dilakukan diri sendiri. Kemudian antara sensor satu dengan perangkat lain, berkomunikasi dihubungkan dengan dokter atau perangkat analisis lainnya yang memungkinkan pasien tahu masalah pada kesehatannya.
Dalam bidang transportasi, misalnya dalam ERP (Electronics Road Pricing), setiap kendaraan akan secara otomatis terkena biaya sesuai dengan pricing yang diberlakukan di setiap ruas jalan. Pembayaran juga otomatis diambil dari rekening bank tertentu.
Pendek kata, dunia telah memasuki era masyarakat connected society dengan kesinambungan tanpa batas, baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan mesin atau mesin dengan mesin.
C-Society
Empat komponen teknologi 'enabler' terbentuknya masyarakat ini adalah teknologi pita lebar bergerak (mobile broadband), tulang-punggung jaringan (backbone), komputasi awan (cloud computing) dan teknologi perangkat (device).
Tahun 2020, Ericsson memperkirakan hampir semua komponen teknologi akan saling terhubung. Secara kuantitas, diperkirakan ada 50 miliar komponen saling terhubung dan 5 miliar manusia akan saling berkomunikasi.
Kecenderungan ini selaras dengan salah satu pernyataan saya di orasi guru besar saya di depan Majelis Guru Besar ITB 28 Februari 2009 yang lalu, yaitu tentang C-generation.
Suatu generasi yang akan saling terhubung (connected), saling konvergen (convergen), saling bisa kolaborasi (collaboration), memungkinkan pengembangan konten kreatif (creative content) dan untuk membangun masyarakat yang sejahtera baik ekonomi maupun sosial secara kontekstual (contextual). Namun perlu ditambahkan lagi dengan satu C lagi yaitu Cloud Generation.
Untuk menyiapkan Connected-society di Indonesia ini secara lebih efektif diperlukan strategi maupun inovasi yang tepat. Ukuran kesinambungan baik bandwidth maupun konteks serta demand dan supply.
Terkait bahwa pembangunan infrastruktur pita lebar yang tidak murah, penggunaan sumber daya frekuensi yang optimal maupun pengembangan industri yang menguntungkan untuk bangsa ini. Pendek kata akan banyak potensi industri baru dengan terobosan inovasi ini, hal ini yang sering disebut sebagai Broadband economy.
Pembangunan karakter sebagai manusia sinambung dengan mesin dan manusia merupakan tugas yang tidak mudah. Banyak kita temui bahwa anak-anak, ibu-ibu di jalan ketawa sendiri sambil melihat dan membaca telepon genggamnya. Disamping anak-anak di sekolahan membawa laptop di ruang kelas belum tentu mendengarkan gurunya, tetapi lebih ke bacaan atau mainan lainnya secara digital di depan komputer.
Bahkan banyak dijumpai kehidupan keluarga menjadi kurang hangat, karena di rumah termasuk di tempat tidur tidak saling menyapa, tetapi lebih asyik berkomunikasi dengan mitra jauhnya dengan telepon bergerak.
Ibaratnya, teknologi ini mendekatkan yang jauh tetapi bisa menjauhkan yang dekat. Isu pornografi maupun isi informasi kekerasan tentu masih akan ada.
Persoalan dan potensi ini tentu menjadi tantangan kita semua, agar kita bisa memanfaatkan kehadiran teknologi ini dengan baik. Komponen triple helix (pemerintah, akademisi, dan industri) ditambah komunitas terkait perlu saling bahu membahu menyiapkan maupun menghadapinya agar generasi baru kita mempunyai peradaban yang lebih baik.
Penulis adalah Guru Besar Teknologi Informasi di ITB. Bisa dihubungi melalui email redaksi@detikinet.com
( rou / rou )
Sumber detik com
Stockholm - Pekan lalu di Swedia, 27-29 Juni 2011, diselenggarakan suatu konferensi tentang 'Broadband for All' yang dihadiri oleh 32 negara dengan partisipan sekitar 100 peserta.
Sebagai negara dengan kapasitas inovasi tertinggi di dunia, Swedia telah menghasilkan beberapa inovasi yang dipakai dibanyak negara, baik berupa teknologi otomotif (Volvo), teknologi alat rumah tangga (Electrolux), hingga teknologi informasi dan komunikasi (Ericsson).
Topik konferensi 'Broadband for All' ini diambil untuk menyambut inovasi baru dalam konektivitas baik antara Manusia dengan Manusia, antara Machine to Machine, bahkan antara Manusia dengan Machine -- yang bisa disingkat sebagai M2M.
Broadband atau pita lebar bisa diandaikan sebagai pipa penghubung informasi antar material (mesin atau manusia) sehingga masing-masing material bisa mengambil manfaat sesuai dengan kebutuhannya.
Tambahan 'for all' dalam konferensi ini menunjukan bahwa komunikasi tidak sebatas antara manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan mesin ataupun bahkan mesin dengan mesin.
Dengan tersedianya perangkat komunikasi yang baik, maka kemudahan dalam pengoperasian, perawatan, maupun komunikasi antara komponen yang mempunyai identitas digital di dunia ini, menjadi semakin efektif dan efisien.
Beberapa aplikasi dari inovasi ini di antaranya adalah, bidang kesehatan, bidang transportasi sampai bidang pelayanan publik.
Pada aplikasi kesehatan, seseorang yang ingin mengetahui kondisi kesehatan bisa secara otomatis mengetahui kondisi kesehatannya dengan melakukan test kesehatan yang bisa dilakukan diri sendiri. Kemudian antara sensor satu dengan perangkat lain, berkomunikasi dihubungkan dengan dokter atau perangkat analisis lainnya yang memungkinkan pasien tahu masalah pada kesehatannya.
Dalam bidang transportasi, misalnya dalam ERP (Electronics Road Pricing), setiap kendaraan akan secara otomatis terkena biaya sesuai dengan pricing yang diberlakukan di setiap ruas jalan. Pembayaran juga otomatis diambil dari rekening bank tertentu.
Pendek kata, dunia telah memasuki era masyarakat connected society dengan kesinambungan tanpa batas, baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan mesin atau mesin dengan mesin.
C-Society
Empat komponen teknologi 'enabler' terbentuknya masyarakat ini adalah teknologi pita lebar bergerak (mobile broadband), tulang-punggung jaringan (backbone), komputasi awan (cloud computing) dan teknologi perangkat (device).
Tahun 2020, Ericsson memperkirakan hampir semua komponen teknologi akan saling terhubung. Secara kuantitas, diperkirakan ada 50 miliar komponen saling terhubung dan 5 miliar manusia akan saling berkomunikasi.
Kecenderungan ini selaras dengan salah satu pernyataan saya di orasi guru besar saya di depan Majelis Guru Besar ITB 28 Februari 2009 yang lalu, yaitu tentang C-generation.
Suatu generasi yang akan saling terhubung (connected), saling konvergen (convergen), saling bisa kolaborasi (collaboration), memungkinkan pengembangan konten kreatif (creative content) dan untuk membangun masyarakat yang sejahtera baik ekonomi maupun sosial secara kontekstual (contextual). Namun perlu ditambahkan lagi dengan satu C lagi yaitu Cloud Generation.
Untuk menyiapkan Connected-society di Indonesia ini secara lebih efektif diperlukan strategi maupun inovasi yang tepat. Ukuran kesinambungan baik bandwidth maupun konteks serta demand dan supply.
Terkait bahwa pembangunan infrastruktur pita lebar yang tidak murah, penggunaan sumber daya frekuensi yang optimal maupun pengembangan industri yang menguntungkan untuk bangsa ini. Pendek kata akan banyak potensi industri baru dengan terobosan inovasi ini, hal ini yang sering disebut sebagai Broadband economy.
Pembangunan karakter sebagai manusia sinambung dengan mesin dan manusia merupakan tugas yang tidak mudah. Banyak kita temui bahwa anak-anak, ibu-ibu di jalan ketawa sendiri sambil melihat dan membaca telepon genggamnya. Disamping anak-anak di sekolahan membawa laptop di ruang kelas belum tentu mendengarkan gurunya, tetapi lebih ke bacaan atau mainan lainnya secara digital di depan komputer.
Bahkan banyak dijumpai kehidupan keluarga menjadi kurang hangat, karena di rumah termasuk di tempat tidur tidak saling menyapa, tetapi lebih asyik berkomunikasi dengan mitra jauhnya dengan telepon bergerak.
Ibaratnya, teknologi ini mendekatkan yang jauh tetapi bisa menjauhkan yang dekat. Isu pornografi maupun isi informasi kekerasan tentu masih akan ada.
Persoalan dan potensi ini tentu menjadi tantangan kita semua, agar kita bisa memanfaatkan kehadiran teknologi ini dengan baik. Komponen triple helix (pemerintah, akademisi, dan industri) ditambah komunitas terkait perlu saling bahu membahu menyiapkan maupun menghadapinya agar generasi baru kita mempunyai peradaban yang lebih baik.
Penulis adalah Guru Besar Teknologi Informasi di ITB. Bisa dihubungi melalui email redaksi@detikinet.com
( rou / rou )
Sumber detik com
0 komentar:
Post a Comment