Jakarta - Pada tanggal 4 April 2011, Opencourseware Consortium (OCWC) merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Dalam rangka perayaan satu dekade inisiatif ini diselenggarakan Global Conference yang berlangsung di Boston, Amerika Serikat pada 3 – 6 April 2011.
Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta dari lima benua dan puluhan negara terdiri dari para pakar dan praktisi pendidikan. Indonesia kali ini diwakili oleh delegasi dari APTIKOM (Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer).
Opencourseware (OCW) Consortium adalah inisiatif perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan dunia yaitu MIT (Massachusetts Institute of Technology) satu dekade yang lalu. MIT memutuskan memberikan secara gratis seluruh bahan kuliahnya melalui Internet dalam berbagai bentuk seperti modul belajar, ujian, proyek dan contoh, tugas, diktat kuliah, e-book dan multimedia termasuk online streaming serta suatu lingkungan kolaborasi.
Hal ini pada intinya memungkinkan pengakses saling berinteraksi seperti misalnya membentuk studi group maupun berkomunikasi dengan para dosen dan profesor. Platform ini disebut Opencourseware yaitu suatu aplikasi interaktif berbasis web dan open source.
Program ini kemudian didukung oleh universitas lainnya sebagai co-host yaitu U-Mass Boston dan Tufts University. Selanjutnya terus berkembang dimanfaatkan di seluruh dunia dan termasuk oleh Indonesia. Saat ini koleksi Opencourseware telah mencapai lebih dari 2.000 jenis course dengan volume lebih dari 300 GB dan terus bertambah setiap harinya.
Ada sekitar 40 topik dan atau bidang studi mulai dari Anthropology hingga Nuclear Science and Engineering tersedia dengan berbagai bentuk serta telah diterjemahkan ke dalam sedikitnya 7 bahasa.
Pada saat Global Conference tersebut Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu panelis diwakili oleh Profesor Richardus Eko Indrajit selaku Ketua APTIKOM. Dalam paparannya beliau menyampaikan gagasan baru di dunia Opencourseware yaitu suatu program yang dikembangkan oleh APTIKOM yang dikenal dengan istilah NEXSUS (National E-ducation Xchange System for Undergraduate Studies). Melalui program ini perguruan tinggi anggota APTIKOM di seluruh nusantara dapat saling tukar menukar mata kuliah melalui mekanisme credit earning dan credit transfer.
Dalam program NEXUS semua mata kuliah perguruan tinggi peserta didaftarkan agar dapat saling dipertukarkan dengan perguruan tinggi lain dan di luar negeri serta diakui sebagai kredit. Artinya, seorang mahasiswa di daerah pedalaman dimana kampusnya memiliki keterbatasan sarana dan prasarana dapat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh transkrip akademik yang lebih berkualitas, karena di dalamnya terdapat mata kuliah unggulan dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia maupun dari luar negeri.
Dari mana asal mata kuliah tersebut beserta nama perguruan tingginya akan dituliskan di dalam transkrip nilai. Mata kuliah tersebut dapat diambil melalui mekanisme e-learning yang tentu saja berbasis aplikasi Opencourseware dengan konsep mirroring dengan memanfaatkan Content Delivery Network (CDN).
Program NEXUS ini mendapatkan apresiasi dan respon luar biasa dari berbagai pihak termasuk MIT OCW sendiri, Open University Netherland, Harvard University, OCW Japan, OCW Taiwan serta aktivis OCW lainnya seperti UNESCO karena dianggap mampu memberikan solusi bagi masalah kesenjangan kualitas pendidikan serta tantangan keterbatasan infrastruktur internet yang selama ini jadi perhatian utama para pelaku Opencourseware.
Aneka tawaran kerjasama langsung diberikan, sehingga diharapkan dalam waktu tidak lama lagi mahasiswa asal Indonesia akan berkesempatan untuk mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi luar negeri tanpa harus menjadi mahasiswa atau mengikuti perkuliahan reguler sehingga biayanya akan lebih terjangkau.
Penyempurnaan NEXUS
Dalam kesempatan yang terpisah di dalam forum OCW Global Conference delegasi APTIKOM yang mewakili sejumlah perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatera Utara, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Bina Sarana Informatika, Institut Perbanas, STIKOM Bali, Politeknik Telkom, STMIK WCD Samarinda, Universitas Ma Chung Malang dan STIKOM Poltek Cirebon juga menyelenggarakan sejumlah pertemuan dan diskusi strategis bersama dengan sejumlah counterpart dipimpin oleh Dr. Zainal A. Hasibuan (Wakil Ketua Pelaksana DETIKNAS).
Salah satu hasil kesepakatan dalam pembicaraan dengan counterpart tersebut adalah antara lain MIT OCW menunjuk Indonesia sebagai salah satu co-host dan mirror seluruh koleksi materi Opencourseware yang ada saat ini dan seterusnya.
APTIKOM akan menyempurnakan Program NEXUS yang akan dilengkapi dengan aplikasi push content bekerjasama dengan PUSTEKKOM Kemendiknas, Id-SIRTII dan BTIP Kemenkominfo untuk penyediaan infrastruktur pendukungnya. Mengingat selama ini instansi tersebut telah memiliki sejumlah konten lokal yang telah dioptimasi untuk memenuhi kebutuhan serta menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia terutama untuk wilayah timur yang masih minim sarana dan prasarana serta potensi akses hingga ke tingkat desa.
Keuntungan Indonesia sebagai co-host OCWC secara teknis adalah akses yang lebih cepat, tidak terbatas, murah dan teroptimasi untuk pengguna di dalam negeri melalui National Internet Exchange (BTIP saat ini sedang membangun di 8 lokasi yang nantinya akan tersedia di setiap Provinsi hingga tahun 2014), sehingga bisa menghemat devisa negara untuk membayar international access (bandwidth) mengingat banyak materi di dalam Opencourseware berukuran sangat besar dan atau ditayangkan secara streaming. Tingkat keamanan aplikasi dan layanan juga akan lebih terjamin karena host akan dapat menyediakan limited secure access yang terenkripsi dan VPN.
Selain itu Indonesia juga diberikan hak akses langsung untuk melakukan sinkronisasi dengan server pusat OCWC sehingga memungkinkan update koleksi materi secara real time dan membuka kemungkinan kolaborasi lebih lanjut di level aplikasi. Karena materi Opencourseware ini kebanyakan free dan bersifat open source maka APTIKOM bersama Kemendiknas berencana untuk melakukan kompilasi ulang, penyesuaian serta translasi baik secara subtitle, dubbing dan insert video (untuk para difabel).
Secara strategis keuntungan lain sebagai co-host OCWC adalah potensi pengembang aplikasi pendidikan untuk berkreasi memanfaatkan platform Opencourseware yang telah digunakan secara global. Bahkan di sejumlah negara Opencourseware ternyata juga telah dimanfaatkan untuk aplikasi non pendidikan, misalnya untuk pemberdayaan komunitas serta knowledge repository sejumlah aktivitas publik.
ICT di Papua
Puncak dari pertemuan OCWC tingkat dunia tersebut bagi Indonesia adalah pertemuan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Profesor Fasli Jalal didampingi oleh Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi Profesor Nizam dan delegasi Indonesia dengan Board of Executive Opencourseware Consortium di kampus MIT difasilitasi oleh APTIKOM.
Dalam pertemuan tersebut disepakati sejumlah inisiatif untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui kerjasama saling menguntungkan yang secara formal akan dituangkan dalam kesepakatan tingkat menteri pada Higher Education Summit di Washington D.C pada medio September 2011.
Salah satu topik utama pembicaraan adalah ajakan Profesor Fasli Jalal kepada OCWC untuk berpartisipasi dalam Pilot Project pengembangan pendidikan berbasis ICT di Papua yang merupakan program baru hasil kesepakatan antara Kemendiknas dengan Badan Percepatan Pembangunan Papua.
Ajakan tersebut disambut baik oleh pihak OCWC dan dalam waktu dekat akan disusun agenda untuk melakukan peninjauan langsung di Papua. Sebaliknya pihak OCWC juga mengundang Indonesia untuk tampil kembali pada agenda Opencourseware Conference berikutnya di Tokyo, Jepang medio November 2011. Kemendiknas juga menawarkan diri untuk menjadi host kegiatan Opencourseware Conference tahun depan.
Terakhir dalam kesempatan briefing menjelang kepulangan delegasi ke Tanah Air Wakil Menteri Pendidikan Profesor Fasli Jalal menyampaikan pesan bahwa kerjasama antara Amerika Serikat dan Indonesia di bidang pendidikan merupakan amanat kesepakatan tingkat tinggi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Barrack Obama dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Maka inisiatif kerjasama semacam OCWC dan komunitasnya ini dapat diletakkan dalam kerangka formal dan akan terus didukung serta difasilitasi oleh negara demi untuk percepatan peningkatan mutu dan pemerataan hak atas pendidikan di Indonesia terutama dengan memanfaatkan keunggulan ICT dan potensi sumber daya lokal sebagai enabler.
Penulis, Richardus Eko Indrajit adalah Guru Besar pada ABFI Institute Perbanas dan menjabat sebagai asesor di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), saat ini menjabat Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komputer (APTIKOM). Sementara Muhammad Salahuddien adalah praktisi internet, saat ini menjabat Wakil Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII), sebuah lembaga pemerintah di bidang keamanan internet.
( ash / ash )
0 komentar:
Post a Comment