Friday, November 4, 2011

Mengalir ke Mana Uang Hasil SMS Komodo?

Mengalir ke Mana Uang Hasil SMS Komodo?

Jakarta - Content Provider (CP) Mobilink boleh saja telah menjalankan layanan SMS vote dukungan terhadap Pulau Komodo untuk menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia (new7wonders). Namun ternyata mereka mengaku tak menjalin hubungan dengan pihak New7Wonders secara langsung.

Dalam pertemuan dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), pihak Mobilink -- selaku CP yang menjalankan layanan ini -- mengakui bahwa menjadi penyedia layanan SMS Komodo.

"Namun mereka tidak berhubungan langsung dengan New7Wonders, melainkan ke P2K alias Pendukung Pemenangan Komodo," kata Heru Sutadi, anggota BRTI yang mengikuti pertemuan tersebut kepada detikINET, Jumat (4/11/2011).

Nah, kepada pihak P2K-lah Mobilink melaporkan segala hasil voting SMS Komodo yang dijalankan lewat layanannya. "Mereka (Mobilink-red.) mengakunya cuma mengumpulkan data. Tidak tahu datanya digunakan untuk apa oleh P2K," lanjut Heru.

Layanan SMS Komodo sendiri pada awalnya dikenakan tarif Rp 1.000/SMS, sebelum akhirnya pada tanggal 15 Oktober menjadi Rp 1/SMS. Hanya saja, konon ada sudah ada sekitar sejutaan orang yang mengirim SMS Komodo saat tarifnya masih Rp 1000.

Tentu kini banyak pihak pun bertanya-tanya, ke mana larinya uang hasil layanan SMS Komodo ini?

Menurut Heru, apa yang dijalankan Mobilink lewat layanan SMS Komodo-nya itu sama seperti layanan SMS premium biasa. Di mana hasil bisnisnya memiliki proporsi 60% untuk operator dan 40% bagian CP.

"Hanya saja, 40% bagian CP itu larinya ke mana saja kita tidak tahu, dan kita tidak telusuri lebih jauh," tukasnya.

Sebelumnya, Ketua Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Emmy Hafild enggan menyebutkan perihal perolehan dana dari SMS Komodo tersebut.

"Itu tidak bisa saya sebutkan karena bersifat confidential. Tapi nanti akan diaudit," ujar Emmy kepada wartawan saat menggelar jumpa pers terkait polemik Vote Komodo di kantor pusat PMI, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (4/11/2011).

Emmy meminta SMS berbayar tersebut jangan dijadikan polemik. Hal serupa juga terjadi dalam voting ajang pencarian bakat yang marak digelar.

"Kenapa SMS idol-idolan itu tidak dipertanyakan. Toh itu juga uang rakyat," imbuhnya.

Sebelumnya, pakar telematika dari UIN Abimanyu 'Abah' Wachjoewidajat menilai ada sejumlah kejanggalan dalam vote SMS dukungan pulau Komodo itu. Keganjilan itu menurut Abah, dimulai saat gembar-gembor di media jejaring sosial, Twitter bahwa SMS Komodo ke 9818 gratis, namun pada kenyataannya tidak gratis melainkan bayar Rp 1.000.






( ash / rou )

Sumber detik com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

Post a Comment