Lemahnya Fasilitas Monitoring Jalur Mudik
Jakarta - Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) melalui dirjen perhubungan darat mengumumkan bahwa mereka telah melansir layanan untuk monitoring trafik jalur mudik yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Tertarik atas fasilitas tersebut saya langsung melakukan tes, ternyata hasilnya mengecewakan sebagai berikut:
1. Situs sangat berat dibuka dan jika terbuka pun ternyata banyak obyek yang tidak relevan dengan trafik ditampilkan di sana, hal ini akan membebani server (contoh berita yang tampil tidak langsung berhubungan dengan 'Road Traffic' tetapi lebih kepada berita umum).
2. Saat masuk pada fungsi monitoring jalan (video streaming) juga sangat berat, lama untuk terbuka. Secara kebetulan saya pantau beberapa uji coba ternyata aksesnya selalu menggunakan URL yang sama.
Ini membuktikan layanan Info Mudik hanya menggunakan beberapa server tetapi tidak secara clustering, parallel, grid atau banyak lagi teknologi yang dapat digunakan secara multi server (beberapa server).
Cara pemrograman yang diterapkan jelas menggunakan metoda lama dalam melayani massive usage computing. Tentu cara yang sekarang ini selain memberatkan server tetapi juga merugikan masyarakat karena sulit membuka info trafik.
3. Banyak gambar yang ternyata dari video awal sampai habis gambarnya tidak bergerak, kelihatan gambar beberapa mobil yang diam terus di tengah jalan tidak bergerak.
Hal ini membuat saya ragu apakah benar teknologi streaming yang digunakan ataukah sekedar video transfer. Banyak yang mengira video streaming itu adalah video transfer padahal itu sangat berbeda dalam karakter dan fungsi.
4. Kita tahu kelak yang membutuhkan info ini adalah mereka yang sedang mudik itu berarti mereka akan mengakses situs ini menggunakan ponsel. Ternyata saat dicoba dari ponsel (dengan OS Android) tidak ada menu info trafik apapun yang terbuka, semuanya kosong tidak ada pilihan jalan seperti halnya bila situs tersebut diakses dari PC. Hal ini menjadi tanda tanya bagi saya, apakah jangan-jangan layanan ini belum siap secara detil?
5. Semua gambar tidak menampilkan jam perekaman. Padahal bila ada tentu sangat bermanfaat bagi publik sehingga mereka dapat mempertimbangkan informasi yang ditampilkan berdasarkan jam.
Contoh bila kamera pada suatu titik ada masalah pada jam 10 maka diakses jam 12 sekalipun informasi yang tampil adalah yang jam 10 (saat sebelum bermasalah) perbedaan 2 jam keadaan trafik bisa berlainkan.
Tetapi karena gambar tidak menunjukan jam maka pengakses akan mengira jalan yang lancar itu keadaan jam 12 padahal itu data jam 10, tentu hal ini justru bisa menjebak pemudik pada kemacetan tanpa dapat mempertimbangkan jalan alternatif.
6. Tidak dapat terbayangkan saat sekarang di mana mungkin belum ada yang mudik saja layanan ini sudah berat untuk diakses, bagaimana kelak saat diperlukan mendekati lebaran dan saat arus balik. Sungguh memprihatinkan.
Saya yakin fasilitas baru ini menghabiskan uang negara yang tidak sedikit. Patut disayangkan layanan yang seharusnya dapat membantu publik ini sepertinya akan menjadi sia-sia karena justru tidak dapat dimanfaatkan publik saat genting dibutuhkan (saat mudik).
Seharusnya layanan seperti ini dibuat dan diuji jauh hari sebelum ini sehingga lebih dapat diuji coba lebih intensif, lebih dimaksimalkan dan lebih berguna.
 Tentang Penulis: Abimanyu Wachjoewidajat atau biasa disapa Abah adalah dosen Technopreneurship Fakultas Sains & Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Ia bisa dihubungi via Facebook : http://www.facebook.com/abimanyu.wachjoewidajat dan Twitter: @me_abah |
( eno / eno )
Sumber detik com
0 komentar:
Post a Comment