Komputasi Awan Pikat Pebisnis Asia Pasifik
Jakarta - Adopsi komputasi awan (cloud computing) semakin populer di kalangan penggiat industri Asia Pasifik. Menurut sebuah survei bahkan disebutkan bahwa 83% responden meyakini komputasi awan menjadi sesuatu yang relevan bagi bisnis mereka.
Demikian salah satu point yang muncul dalam The Annual Cloud Maturity Index -- studi yang dilakukan oleh Forrester Consulting pada Oktober 2011.
Menurut studi tersebut, 64% responden yang disurvei di Asia Pasifik dan Jepang menyatakan bahwa organisasi mereka saat ini sudah atau tengah aktif merencanakan inisiatif komputasi awan.
Selain itu, mayoritas responden menganggap komputasi awan sebagai salah satu upaya penghematan biaya paling potensial (55%).
Dimana faktor-faktor pendorong utama penerapan awan termasuk pengurangan biaya infrastruktur piranti keras (21%) dan skalabilitas sesuai permintaan untuk memenuhi kebutuhan bisnis (19%).
Sementara 41% responden mengatakan, mereka ingin menggunakan kombinasi awan publik dan privat dibandingkan dengan privat saja (31%) dan publik saja (8%). Namun privasi data menjadi perhatian utama di seluruh negara yang disurvei.
"Hasil dari Annual Cloud Maturity Index 2011 menunjukkan bahwa responden di kawasan ini mencari komputasi awan dengan manfaat
bisnis yang lebih dalam," kata Andreas Kagawa, Country Manager VMware Indonesia, dalam keterangannya yang dikutip detikINET, Minggu (6/11/2011).
"Berbekal rangkaian infrastruktur awan VMware, para pelanggan kami bisa bertransisi secara mulus ke awan hibrida yang sangat efisien, dengan jaminan perlindungan data dan investasi saat ini," imbuhnya.
Riset The Annual Cloud Maturity Index sendiri dikumpulkan berdasarkan wawancara dengan 6.141 pengambil keputusan dan pebisnis senior dari delapan negara Asia Pasifik: Australia, China, India, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura dan Thailand.
Perusahaan yang dilibatkan mulai dari sektor teknologi, telekomunikasi, pemerintahan, manufaktur, asuransi, layanan keuangan, kesehatan, transportasi/logistik, pendidikan dan ritel.
Studi ini mencakup juga UKM dengan jumlah karyawan kurang dari 100 orang dan perusahaan multinasional dengan lebih dari 10.000 karyawan.
( ash / sha )
Sumber detik com
0 komentar:
Post a Comment