Investasi yang dijalankan Google lewat program Bisnis Lokal Go Online atau Get Indonesian Business Online (GIBO) di Indonesia, dinilai belum nampol. Hal itu akan lebih berarti jika sang raksasa internet menggelontorkan investasi dengan membangun infrastruktur cloud services-nya.
Menurut M. Salahuddien, pengamat dan praktisi internet Indonesia, infrastruktur layanan komputasi awan itu nantinya bisa menjadi basis dalam melayani emerging market yang lain. Sehingga posisi Indonesia akan menjadi lebih signifikan.
"Seperti mobile yang mana Android Google jadi salah satu yang maju pesat di sini (Indonesia-red.)," tukas pria yang biasa disapa Didin Pataka itu, kepada detikINET.
Nah, jika hal itu dilakukan, baru relevan jika Indonesia bicara data center lokal. Sebab pastinya investasi infrastruktur cloud services itu signifikan.
"Mulai dari segi capital, manajemen, SDM, serta kapasitas infrastrukturnya, ada data center, bandwidth, riset dan pengembangan, serta lainnya," tukas Didin.
Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah market Indonesia ini sudah waktunya digarap? Seperti kita ketahui, Google sudah beberapa kali diisukan investasi ke Indonesia, nyatanya baru sekarang hal itu ditegaskan.
"Itu artinya, barangkali market di Indonesia belum cukup menjanjikan apakah dalam hal adaptasi layanan maupun daya belinya, di Android market saja mungkin kecil sekali pembelanjaan kita meskipun angka penggunanya mencapai lebih dari 30 juta," kata Didin.
"Begitu juga minat iklan masih kecil, silakan diamati pertumbuhan iklan di portal utama google.co.id apabila dibandingkan Yahoo! Jelas tertinggal apalagi Facebook," lanjutnya.
Namun ini semua kembali lagi ke Google. Seberapa besar mereka memandang pasar Indonesia untuk kemudian menggelontorkan investasi di dalamnya.
"Kalau untuk skala dan standar yang Google harapkan, tentu belum cukup karena marketnya kecil transaksinya baru kerumunan doang, gak ada duit. Lain soal kalau Google justru ingin masuk untuk menjadi pelopor bahkan mendorong supaya market lekas tumbuh," pungkasnya.
Sementara terkait program GIBO yang diusung Google di Indonesia dengan menggandeng UKM, pengurus tim pengawas internet Id-SIRTII ini juga menilainya tak terlalu signifikan jika dilihat dari sisi Kominfo.
"Keberadaan Google dengan bisnis online yang ditawarkannya itu hanyalah satu bisnis hosting saja yang value added-nya bagi industri internet kecil. Sebab layanan sejenis yang dilakukan pengusaha hosting lokal juga sudah banyak dilakukan, misalnya produk Telkomnet dan plasa.com yang bahkan didukung mitra inkubasi, bukan hal yang baru bagi UKM nasional," seloroh Didin.
"Mungkin ini sekadar hype baru karena nama besar Google dan mitra yang digandengnya beragam. Dalam konsep yang agak berbeda, Yahoo sudah lebih dulu masuk dengan sasaran untuk mendorong industri internet kreatif lokal seperti Koprol dan lainnya," ia menandaskan.
Menurut M. Salahuddien, pengamat dan praktisi internet Indonesia, infrastruktur layanan komputasi awan itu nantinya bisa menjadi basis dalam melayani emerging market yang lain. Sehingga posisi Indonesia akan menjadi lebih signifikan.
"Seperti mobile yang mana Android Google jadi salah satu yang maju pesat di sini (Indonesia-red.)," tukas pria yang biasa disapa Didin Pataka itu, kepada detikINET.
Nah, jika hal itu dilakukan, baru relevan jika Indonesia bicara data center lokal. Sebab pastinya investasi infrastruktur cloud services itu signifikan.
"Mulai dari segi capital, manajemen, SDM, serta kapasitas infrastrukturnya, ada data center, bandwidth, riset dan pengembangan, serta lainnya," tukas Didin.
Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah market Indonesia ini sudah waktunya digarap? Seperti kita ketahui, Google sudah beberapa kali diisukan investasi ke Indonesia, nyatanya baru sekarang hal itu ditegaskan.
"Itu artinya, barangkali market di Indonesia belum cukup menjanjikan apakah dalam hal adaptasi layanan maupun daya belinya, di Android market saja mungkin kecil sekali pembelanjaan kita meskipun angka penggunanya mencapai lebih dari 30 juta," kata Didin.
"Begitu juga minat iklan masih kecil, silakan diamati pertumbuhan iklan di portal utama google.co.id apabila dibandingkan Yahoo! Jelas tertinggal apalagi Facebook," lanjutnya.
Namun ini semua kembali lagi ke Google. Seberapa besar mereka memandang pasar Indonesia untuk kemudian menggelontorkan investasi di dalamnya.
"Kalau untuk skala dan standar yang Google harapkan, tentu belum cukup karena marketnya kecil transaksinya baru kerumunan doang, gak ada duit. Lain soal kalau Google justru ingin masuk untuk menjadi pelopor bahkan mendorong supaya market lekas tumbuh," pungkasnya.
Sementara terkait program GIBO yang diusung Google di Indonesia dengan menggandeng UKM, pengurus tim pengawas internet Id-SIRTII ini juga menilainya tak terlalu signifikan jika dilihat dari sisi Kominfo.
"Keberadaan Google dengan bisnis online yang ditawarkannya itu hanyalah satu bisnis hosting saja yang value added-nya bagi industri internet kecil. Sebab layanan sejenis yang dilakukan pengusaha hosting lokal juga sudah banyak dilakukan, misalnya produk Telkomnet dan plasa.com yang bahkan didukung mitra inkubasi, bukan hal yang baru bagi UKM nasional," seloroh Didin.
"Mungkin ini sekadar hype baru karena nama besar Google dan mitra yang digandengnya beragam. Dalam konsep yang agak berbeda, Yahoo sudah lebih dulu masuk dengan sasaran untuk mendorong industri internet kreatif lokal seperti Koprol dan lainnya," ia menandaskan.
0 komentar:
Post a Comment