Jakarta - Penetrasi layanan telepon nirkabel--seluler dan fixed wireless access --di Indonesia hampir mencapai titik jenuh. Namun dengan tingkat churn rate (perpindahan pelanggan) yang masih cukup tinggi, peluang bisnis investasi masih terbuka lebar. Demikian proyeksi lembaga riset Frost & Sullivan. Menurut Iwan Rachmat, Senior Consultant Information & Communication Technologies Frost & Sullivan Indonesia, kompetisi dalam memperebutkan pasar di Indonesia kian sengit. Sebab, jumlah penetrasi SIM Card diperkirakan telah mencapai 97% (236 juta) dari populasi 240 juta di akhir 2010. "Yang artinya, setiap pengguna komunikasi wireless secara rata-rata menggunakan dua atau lebih SIM card," jelas Iwan melalui keterangan tertulis yang dikutip detikINET , Senin (7/2/2011). Dari angka tersebut, lanjut dia, penetrasi pelanggan yang sesungguhnya diterjemahkan hanya mencapai 58% dengan rata-rata churn rate 12%-15% per bulan. Keadaan ini menunjukan bisnis ekosistem dari sisi ekspansi dan investasi yang masih terbuka lebar. "Kompetisi, khususnya di bisnis seluler, akan semakin sengit. Industri dengan 11 operator mobile and fixed cellular dihadapkan dengan pertumbuhan revenue yang semakin menurun dari tahun ke tahun, terutama dari kontribusi voice dan SMS," kata Iwan. Dengan 98% lebih dari jumlah pelanggan adalah pelanggan prabayar, pada 2010 lalu, estimasi pendapatan wireless industry Indonesia mencapai US$ 8,6 miliar dengan proyeksi pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) 8,5% sampai dengan 2015. "Tantangan ke depan dari para operator adalah bagaimana menjaga pertumbuhan bisnis ke depan dan menjaga profitabilitas dengan kondisi bisnis seluler saat ini. Dengan pertumbuhan bisnis voice dan SMS yang semakin menurun, operator harus menemukan sumber pertumbuhan lain untuk menunjang bisnis mereka," ungkap Iwan. Data-service, contohnya internet service & produk nilai tambah ( value added services /VAS), menjadi andalan operator saat ini. Dari kontribusi di 2010 dengan 33.4% dari total wireless revenue dan proyeksi menjadi 51,6% di 2015. Menurutnya, salah satu kunci keberhasilan bisnis 'baru' ini adalah bagaimana operator dapat mengambil keuntungan (profit) dari bisnis yang kebanyakan menawarkan layanan secara 'gratis'. Broadband internet yang baru mencapai tingkat penetrasi 17% di akhir 2010 menunjukan peluang di pasar yang besar di segmen data-services.
( rou / wsh )
0 komentar:
Post a Comment