Saturday, January 15, 2011

Dukung Kominfo, Importir Rela Stop Pasok BlackBerry

Jakarta - Asosiasi Pengusaha dan Importir Telepon Genggam Indonesia (Aspiteg) mendukung penuh langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam menegakan aturan terhadap Research in Motion (RIM), vendor layanan BlackBerry dari Kanada. "Kami 100% mendukung Kominfo. Stop sertifikat impor mereka, evaluasi kinerjanya, baru silakan jalan lagi. Sebagai asosiasi, seluruh anggota kami siap tidak impor BlackBerry dulu sampai RIM mau mematuhi aturan dan undang-undang di Indonesia," kata Ketua Umum Aspiteg Alie Cendrawan di eX Plaza, Jakarta, Jumat (14/1/2011). Aspiteg merupakan asosiasi importir yang beranggotakan lebih dari 20 perusahaan yang memasok ponsel-ponsel merek vendor ternama termasuk BlackBerry. Setiap bulannya mereka tercatat memasok ponsel lebih dari dua juta unit. Dari total dua juta unit, impor BlackBerry memang hanya 5 persen dari total ponsel merek ternama yang didatangkan. Namun karena BlackBerry termasuk ponsel kelas menengah ke atas, nilainya diakui Alie cukup besar. Sebagai pebisnis, para anggota Aspiteg tentu sadar dengan menyetop impor BlackBerry akan menurunkan pendapatan bisnis mereka secara signifikan. "Namun demi merah putih, kami tidak menganggap ini sebagai kerugian," tegas Alie. Sebagai pebisnis ponsel yang mengerti seluk-beluk kerja sama bisnis RIM di Indonesia, Aspiteg mengaku sadar benar bahwa langkah yang ditempuh Kominfo sudah benar. Menurut Alie, Indonesia selama ini sudah banyak dirugikan oleh skema bisnis yang dipaksakan RIM. "RIM beralasan cuma jual terminal dan tidak mau membangun server agar tidak terkena pajak. Padahal mereka melayani pelanggan di Indonesia. Sebagai perusahaan jasa, sesuai UU perdagangan, 30 persen harus masuk ke pajak. Dengan pendapatan per bulannya Rp 1,5 triliun dari dua juta pelanggan, RIM kelihatan sekali tak mau kehilangan Rp 450 miliar," papar Alie. Aspiteg juga menilai, RIM tak sungguh-sungguh membangun service center di Indonesia. Karena selama ini, kata Alie, dari enam service center yang dijanjikan RIM cuma ada satu saja di Jakarta. "Itu pun cuma satu, dengan Teleplan yang milik perusahaan asing. Sementara lainnya yang diklaim RIM, itu cuma pick-up point saja. Bukan service center sesungguhnya. Bagaimana RIM bisa melayani keluhan kerusakan BlackBerry kalau begini terus caranya," keluh Farid Manan, Wakil Ketua Aspiteg.
( rou / rns )

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

Post a Comment